Garam: Mencegah Pembusukan

Dunia ini mulai membusuk, bisa dilihat dari degradasi moral yang terus terjadi. Orang tua membunuh anak, atau anak membunuh orang tuanya. Kejahatan tidak lagi terjadi di luar rumah, tapi justru terjadi di keluarga. "Seisi rumahnya akan menjadi musuhnya" demikian penggalan ayat Alkitab, walau ayat ini dimaksudkan kepada seseorang yang taat dan setia kepada Injil, justru akan dimusuhi oleh seiisi rumahnya. Ironis bukan? Tapi sepertinya hal ini belum banyak terjadi di keluarga kita ya? atau jangan2 karena kita tidak termasuk yang setia kepada Injil? hehe

Berpindah kepada lingkungan disekitar kita. Lingkungan kerja, sekolah, atau tempat hangout? Bagaimana cara bercanda kita? apa yang kita perguncingkan? Sudahkah kita menjadi garam yang bersifat mencegah pembusukan moral lingkungan kita? Atau malah menjadi terasi yang seolah membuat perbincangan semakin nikmat hingga terlena dan lupa akan proses pembusukan di hati kita?

Investasi Model Sorga

Aku suka ayat tentang perumpamaan talenta. Terutama ayat ini: Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. (Matius 25:27)

Seringkali talenta ini diartikan sebagai bakat. Tapi aku sering berpikir mungkinkah yang dimaksud di sini adalah berita Injil? Tiap ayat Injil yang kita terima adalah anugerah besar yg tidak semua orang mendapatkannya. Berita Injil adalah sesuatu yang dicari banyak orang, dan yang tidak mungkin orang bisa menemukannya kalau bukan pemberian dari sang empunya Injil yaitu Yesus sendiri.

Memberitakan Injil adalah tugas utama bagi yang sudah menerimanya. Tapi kita juga tahu, tidak semua orang pintar dalam berbicara. Di ayat tersebut di atas terbersit saran, kalau tidak pintar ya nitiplah sama yang pintar atau yang bisa menyebarkan ke banyak orang.

Apa yang sudah aku lakukan berkenaan dengan ayat tersebut? Apa aku sudah melaksanakan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari? Semoga sudah. Dengan cara apa? Menulis di blog ini hehehe..... Nitip di sebarin ya....

Siapa yang akan Dimuliakan?

Katanya segala prestasi kita berasal dari Tuhan. Kita mampu karena Tuhan yang memampukan? Biasanya orang Kristen setuju dengan pernyataan ini bukan?

Tapi sudahkan Tuhan dimuliakan ketika kita mendapatkan prestasi?

Atau semua kemuliaan untuk kita sendiri?

Bagaimana caranya supaya Tuhan dimuliakan ketika kita mendapat prestasi? Mungkin satu2nya cara adalah dengan mendeklarasikan bahwa kemenangan dan prestasi kita itu adalah dari Tuhan. Maka kemuliaan itu hanya layak untuk Dia karena berasal dari Dia.

Dari Dia oleh Dia dan untuk Dia!

Kehilangan Kearifankah Kita?

Pada awalnya negara kita berbentuk kerajaan. Dan yang tersisa sekarang hanya kerajaan Solo dan Jogja yang tidak lagi punya Power dan taring seperti layaknya seorang raja pada jaman dahulu. Di sistem pemerintahan kerajaan tentu saja kekuasaan raja adalah mutlak, tidak ada tawar menawar atau demokrasi. Sayang sekali jika kita belum pernah hidup hidup di jaman kerajaan, jadi kurang bisa membayangkan bagaimana seharusnya seorang warga negara jika berhadapan dengan rajanya.

Tuhan itu Raja. Dalam nyanyianpun kita sering mengucapkannya. Tapi sayang kita kurang bisa bersikap dalam menghadap Tuhan sebagai raja. Ini terlihat bagaimana sikap kita dalam berdoa..
Pendeta pernah berkata: kita perlu sekali2 berdoa dengan wajah di tanah seperti orang muslim. Sikap kita berdoa bisa membantu hati kita bersikap katanya.

Yang sering dan pernah mencoba boleh berbagi, yang belum pernah selamat mencoba.

Bertumbuh sebagai Kanker

Tidak semua pertumbuhan yang cepat itu baik. Terutama bila pertumbuhan tersebut tidak bersinergi dengan bagian lain yang masih berhubungan erat dengannya.

Gereja disebut sebagai bagian dari tubuh Kristus. Kita bayangkan kalau binaragawan membentuk otot lengan, maka pertumbuhannya haruslah tetap berbentuk otot lengan bukan? Pertumbuhan yang menyimpang dari tubuh kita dalam dunia kedokteran akan dikategorikan sebagai tumor atau kanker.

Bagaiman dengan kita? Bagaimana dengan gereja kita? Apakah pertumbuhannya pesat? itu baik.
Tapi apakah pertumbuhannya masih menjadi bagian dari tubuh Kristus? Atau hanya demi kepentingan diri atau organisasi semata? bahkan beberapa gereja sengaja mencaplok jemaat dari gereja2 lain. Seperti pertumbuhan sel kanker saja, pertumbuhannya bersifat merugikan gereja lain. Apakah kita tidak peduli dengan hal ini?

Abdi Setan Atau Surga?

Menurutku gampang untuk membedakan.

Tuhan itu pencipta dan bersifat pemelihara, sedang setan itu ciptaan dan bersifat perusak (dosa bersifat merusak dan membinasakan).
Jadi kita lihat saja buahnya, merusak atau memelihara.

Yah memang tidak sedangkal itu, tapi ini penilaian standar lah.
Siapa yang mencintai sesama manusia? Peduli kepada kelestarian alam?
Ataukah hanya memikirkan kepentingan diri, kelompok atau golongan dengan melupakan lingkungan?

Mudah bukan!

Pelanggaran yang Biasa?

Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. (Roma 13:8)
... janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya. (Roma13:14b)

Hal yang sudah lazim kita lakukan bukan? Masyarakat konsumerisme, demi gaya hidup atau harga diri?

Intinya hal2 tersebut diatas hanya akan membuat kita hanya memikirkan diri sendiri dan mengurangi jatah waktu kita untuk Kerajaan Sorga.
Betapa berdosanya aku selama ini hiks....

Pengisi Ruang Kosong?

Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. (Roma 11:25)

Jadi ini masa dimana bangsa2 lain diberi kesempatan untuk masuk menjadi warga kerajaan sorga sampai jatah untuk bangsa diluar Israel habis?
Tinggal sedikit saja kali ya jatahnya?

Kalau Israel sudah bertobat, berarti jatah buat bangsa lain sudah habis dong?

Kayanya pernah dengar, kalau Israel dan Palestina berdamai, itu tanda dari kesudahannya sudah dekat :P (eh diluar tema nih hehe)

Ketika Harus Pergi

Seorang anak kecil 2 th, sedang asyik dengan kotak pasir di playground yang baru ditemuinya sekali seumur hidupnya. Tidak lagi perduli dengan yang terjadi di sekitarnya. Asyik dengan dunianya, fantasinya, semua yang dia tahu tentang dunianya yang sederhana. Ibunya hanya mengawasi dari kejauhan sambil membaca novel dan menunggu waktu untuk makan siang dan istirahat bagi si kecil.

Saat anak ini diangkat dari ladang petualangannya, mungkin reaksi tiap anak akan berbeda. Kebanyakan akan menolak untuk diajak pergi dari sana bukan? Ada yang menurut, ada yang perlu dibujuk, dan ada yang harus diangkat dengan paksa.

Saat ini, begitulah bayanganku tentang kematian.
Walau kita sadar keputusan Bapa adalah untuk kebaikan kita, tapi yah begitulah...

Bagaimana dengan Anda?